Kamis, 06 September 2012

.:: First Love ::.

Aku harus berkali-kali menyipitkan mataku yang kadang perih terkena gerimis yang diterbawa angin mengenai tubuhku. Tentu saja kedua telapak tanganku yang bebas terus kugosokkan agar mendapat hangat. Ya, sudah dua hari ini cuaca tak bersahabat, selalu mendung disusul gerimis dan angin yang tak terlalu kencang namun cukup membuat siapa saja untuk kembali bermalas-malasan dibalik selimut. Hah..aku tidak mau terlambat masuk kantor hanya karena harus berjalan kaki dulu mencari angkutan di jalan depan, motor yang biasanya ku pakai harus nongkrong dulu selama 2 hari di bengkel setelah kecelakaan kemaren lusa berhasil membuat penyok bagian depan motorku yang dipinjam seorang teman kantor. Yang luar biasa, dia hanya memar dan lecet di telapak tangan saja dan hanya motorku yang luka parah. Ya..semua tak lepas dari campur tangan Allah, atas kuasaNya maka semua baik-baik saja.

Di dalam angkot  ini tentu saja aku kembali berdesakan dengan beberapa anak sekolah yang mendominasi isi angkot. Mungkin karena hari hujan maka mereka gak pake acara nongkrong dulu dan langsung menyerbu angkot yang lewat di depan mereka. Bagaimanapun kondisi angkotnya, yang penting sampai tujuan. Tepat 20 menit, aku sudah bisa duduk tenang di tempat kerjaku. Pekerjaan yang sama, menghitung beberapa anggaran pengeluaran dan pemasukan kantor. Pekerjaan yang kunikmati selama 6 bulan sudah, setelah 2 bulan yang lalu aku menikmati masa-masa tanpa kerjaan karena resign dari tempat kerja sebelumnya.

Tik tik tik, hanya suara itu yang terdengar nyaring dalam ruang kantor ini. Semuanya asik menatap layar komputer dihadapan mereka. Sesekali keheningan terputus oleh celoteh para karyawan yang saling bergurau, berdiskusi tentang masalah pekerjaan, sampai yang mondar-mandir keluar masuk ruangan. Aku kaget, suara adzan berbunyi dari komputer yang sedari tadi ku pelototi untuk mengerjakan angka-angka yang tersusun dalam kolom demi kolom, sengaja ku seting otomatis untuk setiap waktu sholat. Ku lirik jam di tangan, sudah menunjukkan pukul 11:45, bersiap untuk sholat dan makan siang.

Setelah istirahat tadi, aku kembali ke meja kerjaku. Aku log in, siap masuk dalam dunia maya, refresh saja di sela waktu kerja. Setelah masuk, kulihat ada beberapa nama yang antri untuk di konfirm sebagai teman. Pada nama ketiga aku tertegun, belum lagi tanganku meng-klik, aku masih memperhatikan wajah wanita berjilbab di layar monitorku saat ini. Wanita dengan akun ‘ayu imoet’, seperti pernah ku kenal dan tak asing bagiku. Sebelum mengkonfirm kubuka dulu profile nya untuk sekedar menuntaskan rasa penasaranku. Hei..dia sekolah di SMP yang sama denganku, tapi siapa? Aku bertanya dalam hati sambil kembali melihat foto profilenya. Tiba-tiba aku deg-deg an, ya aku ingat dia, Ayu Sintani, teman sekelasku masa SMP dulu. Segera ku konfirmasi dan ku tulis di wall nya

“Assalamu’alaikum,
Ayu apa kabar? Lama tak jumpa, masih ingat aku kan? teman sekelas SMP dulu”.
Huda.

Tak lama, aku log out dan membereskan kerjaanku yang belum akan selesai hari ini, ya sudahlah akan kusambung lagi besok. Dalam perjalanan pulang, aku kembali mengingat- ingat gadis itu. Aku tidak terfikir sebelumnya, kalau itu Ayu. Tapi apa benar dia Ayu yang aku maksud? Haduh, aku tambah penasaran, dan tidak sabar membuka lagi FB ku, mungkin saja sudah ada balasan dari dia.

Diam-diam aku tak putus berharap, sembari membuka FB, aku berharap bahwa dia adalah benar-benar Ayu yang aku maksud. Entahlah, aku masih ingat wajahnya, walau sekarang dia sudah mengenakan jilbab. Semoga saja rasa penasaranku tuntas malam ini dengan balasan dari dia. Setidaknya aku akan bisa tidur pulas dengan ditemani suara hujan. Setelah OL, kulihat dia juga sedang OL, wah kebetulan fikirku. Sebelumnya aku melihat wall ku, dan disana ada balasan dari dia.

“Wa’alaikumsalam. Kabarku baik. Iya, aku Ayu, kita teman sekelas dulu semasa SMP”

Yuhui...aku terlonjak, hampir jatuh dari kursiku, aku juga tidak mengerti kenapa sampai segirang ini. Aku mengajaknya chat beberapa saat kemudian, walaupun tak bertatap langsung, tapi ada rasa malu juga kalau ngobrol sama dia. Ya, sambil mengenang masa SMP kami yang pernah membekas di hati. Hahaha..aku tertawa sendiri jika mengingat hal itu. Namun, dalam obrolan kami, tidak membahas hal tersebut, aku juga tak ingin, bukan tak ingin tapi belum ingin, aku tidak mau mengeruhkan suasana malam ini, kami hanya bicara seputar kabar, dan pekerjaan masing-masing. Namun, dalam hati aku masih tetap ingin membicarakan perihal tersebut, mengapa kami harus putus komunikasi begitu lama dan sekarang harus di pertemukan kembali. Tapi untukmu Ayu Sintani, untuk kau tahu setelah kemunculanmu kembali aku masih merasakan ada ‘sesuatu’ diantara kita, tapi entah denganmu. You, my first Love.

Note : untuk saudaraku yang me-request, maaf kusajikan dalam bentuk cerpen dengan penambahan di sana-sini, mungkin tak sama dengan cerita aslinya, karena sesi curhatnya cuma ‘seujung kuku’ sich..hehe, saya tunggulah cerita selanjutnya, mungkin nanti akan menjadi cerbung kali yeeee...hehehehe...

Eits..., hampir lupa, mohon maaf jika ada kesamaan nama dan karakter tokoh dalam cerita ini, karena bukan suatu kesengajaan. ( maaf..maaf..maaf yeee  ).

Bertahan Hingga Ujung Usia -cerpen-

''secara jujur kutengok jauh kedalam diriku. Ya, aku menemukan perih yang sangat di sana. Hampa yang mengeluarkan luka. Kutemukan sisi rapuhnya diriku bersembunyi di sana, siap muncul setiap waktu dia dibutuhkan. Tuhan, Mana tanganMu? ''

Ini sudah sekian kali aku bermunajat, tepatnya mengeluh dalam kubangan penderitaan yang menurutku memilukan. Betapa tidak, dalil poligami kau jadikan tameng untuk memuluskan niatmu. Apa kau tak sadar bagaimana sekarang jadinya keluarga kecil ini? Anak satu-satunya tumbuh di tengah 'kebisingan' kedua orang tuanya. Belum lagi kau penuhi kebutuhan hidup kami dengan 'apa adanya', belum layak papan untuk kami tinggali karena titel kontraktor masih juga melekat. Ya Tuhan...

Apa yang kau bayangkan untuk menambah teman hidupku yang katanya 'melengkapi' keluarga kita dengan kehadirannya walau aku tak setuju? Wanita macam apa yang tak juga mengerti perasaanku?.. Jujur aku masih belum punya ikhlas atas semua kelakuanmu padaku... -to be continued-

terimkasih pak Mul

Bulan ini cuaca 'galau' melanda indonesia *nasionalis* bgt. Seperti biasa setiap sore, tiga kali dalam sepekan (senin, selasa, dan jum'at) saya sempatkan waktu untuk mengaja di TPA Qurata' a'yun daerah Kebonsari, Surabaya. Sengaja tidak menggunakan motor, tapi menyewa becak yang saya bayarkan setiap bulannya. Kenapa pakai becak? karena kalau nunggu angkot depan gang rumah 'ungtung-untungan', iya kalau ketemunya Ari Untung saya mau kasih saran "mas mbok ya mbak Venita nya pakai baju yg agak tertutup *ups*...ngelantur ah. intinya angkotnya suka lama, maksudnya pas ditunggu gak lewat-lewat, giliran gak ditunggu malah seliweran. akibatnya, sampai di tempat TPA bakal telat atau yang paling parah kegiatan TPA nya udah beres. Maka terpilihlah pak Mul, bapak-bapak sekitar 3/4 baya..hehehe, yang mengantar dan menjemput saya dari rumah-TPA-rumah, alhamdulillah dengan selamat.


Sebelumnya, pak Mul harus menjemput  terlebih dahulu tiga orang murid TPA yang lain, kami hanya beda blok saja, karena tiga murid ini ada di blok sebellum rumah saya maka mereka dijemput dulu, baru kemudian menjemput saya dengan 3 orang kurcaci cilik sudah duduk manis di dalamnya..(hehe..maaf ya dek Salsa, Sofi dan Izzah pissss).

tapi sore ini, pak Mul menjemput dan mengantarkan mereka terlebih dahulu ke TPA, karena gak mungkin sempit sempitan dalem becak yang tempat duduknya cuma seuprit, pastinya saling pangku donk. seperti biasa jam 4 waktu jam dinding rumah saya yang kelebihan sampai 7 menit dri jam di HP yang valid. "te..k..tek..tek.., bunyi khas bel becak dari luar pagar rumah. "sebentar paaaakk" ucap saya menyahut bel tadi. sebentarnya saya sampai 15 menitan..hehe, lha kalau berangkatnya cepet malah muridnya belum pada dateng, jadi saya sering manyun sendiri nunggu murid-murid imutku dateng . Jam di dinding menunjukkan pukul 16.10 wib, yo wes lah berangkat ae, sakno pak Mul ngenteni suwe, selak udan*. Begitu buka pintu depan, eh bener gerimis, sambil melongok pak Mul dan membuka pintu gerbang, ternyata pak Mul berteduh di rumah tetangga depan rumah. "lho, gerimis pak, njenengan g bawa jas hujan?" tanya saya, " tadi pas berangkat ndak hujan, cuman mendung" jawabnya.

Begitu keluar dari gang rumah, "bressss...." gerimispun jadi hujan. belum sampai setengah jalan, hujan tambah deras, ditambah lagi angin yang berlawanan arah dengan arah kayuhan pak Mul. saya seditik takut, anginnya lumayan kencang, kasihan pak Mul yang udah 3/4 baya tu harus mengayuh becak mengantarkan saya ke tempat tujuan.Sambil sedikit berteriak, saya menanyakan keadaan pak Mul "pak, njenengan g apa-apa?, kenapa tadi g bawa jas hujan pak?", "ndak apa-apa bu, kalau pake jas hujan sumuk**, sebentar lagi sampai". Saya hanya bisa terdiam, menikmati hujan walau terkena sedikit cipratan airnya di kaki saya, karena badan becak tidak tertutupi plastik rapat, karena hujan di sertai angin juga maka cipratannya tetap menyapa saya, sambil dalam hati saya berdo'a untuk pak Mul agar beliau baik-baik saja.

Sampai di tempat TPA, dan pak Mul pulang unmtuk nanti kembali menjemput saya dan anak-anak, hujan masih tetap deras dan angin yang cukup kencang menemani kayuhan becak pak Mul. Karena hari hujan, seperti biasa hanya beberapa murid saja yang datang, gpp lah, saya jadi punya kesempatan untuk 'bengong'. Di luar sana pak Mul tidak sendiri, banyak diantaranya beberapa tukang becak yang se usia dengan beliau yang juga mengayuh becak demi tetap 'mengepulnya asap dapur', bahkan ada yang nasibnya juga jauh lebih memprihatinkan.

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka ” (QS 13:11)


Sifat istiqomah akan menjadikan seorang muslim meraih kebahagian baik ketika di dunia maupun di akhirat. Dengannya pula seorang hamba akan meraih kemenangan dalam  bergulat dengan fitnah yang banyak sekali, bahkan istiqomah mengakibatkan kesudahan yang baik dari segala urusanya.

Semoga pak Mul, saya, kalian yang juga membaca note ini, juga termasuk dalam hamba Allah yang istiqomah dan ikhlas menjalankan amanah.

terimakasih pak MUL



note :
yo wes lah berangkat ae, sakno pak Mul ngenteni suwe, selak udan* : ya sudahlah, kasihan pak Mul, keburu hujan

sumuk** : panas

pelajaran dari seorang adik perempuan

"Tut"..tanda sms masuk dr HP yg sedari td kuletakkan di meja TV. Segera ku buka,seorang adik nun jauh di sana, "tumben?", aku membatin."ass. Mbak, bgmn kbrx,sehat?" bunyi pesan singkatnya,"alhamdulillah, gmn kbrmu dan klrg? anak2 sehat?", setengah malas kuketik sms, tp kukirim juga.
"Tut"..dibalas lg,"di sana angin besar jg g mbak?"

"Iya, banyak pohon yang tumbang, hati2 ya, anak2 jgn dkasih main dluar rmh, bahaya"

"Dsni jg banyak phon yg roboh, smp kena mobil parkir, org ddlmnya mati", balasnya.

"Ya hati2lah, banyak berdo'a"

"Anginnya besar, siang jd g tenang, jemuran terbang semua,malem jg g bsa tdur,tkut rumahnya dterbangkn angin mbak"

"Hehe..bajunya masukin aja dlm tali jemuran :P"

"Ye..mbak ini ada2 aja"

"Yo wes, g usah djemur hehe "



"Masalahnya itu banyak baju anak2 mbak, klo bajuku sih g kring gpp"

"Lha katanya capek nungguin jemuran, ya santai2 aja g usah djemur"

"Trus anak2 pake apa donk?"

"Pake daun pisang"

"Hahaha...mbak ini ada2 aja"

"Yg sabar ya"

"Bginilah mbak, jd istri dan ibu dr 2 anak yg msh kecil2, smua sy yg ngurus, asal anak2 sy sehat, mrk g krg makan, sy sdh lega"

Aku teriam, g tahu harus membalas apa.

tuut...hp ku bunyi lagi.
"Apalah sy mbak, sdh lelah dg keadaan sy yg bgini, abahnya ttp kerja, tp uang belanja ttp pas2an, mau bgmn lg, semua hrus dbagi dua"

"Setelah bungsu bisa jln, sy mau kerja mb. G mungkin ngandelin suami terus, sy g tega sma anak2 sy mb,kelihatan bahagia krn g ngerti bgmn ibu dan abahnya"

"Badan sy sudah tinggal tulang, klau bgini trus,apa bsok sy dan anak2 msh bsa makan?"

Sy hanya menelan ludah, menahan miris dan menekan rasa sakit dalam-dalam, agar air mata sy tdk menetes membaca setiap smsnya.

"Sudah malam dek, selamat istirahat. Sun sayang buat ponakanku ya :)"

Saya mencoba mengakhiri sms malam itu, karena ketidaksanggupan saya memberi nasehat, saran, atau memberi rasa nyaman hanya dengan kalimat2 sms.

Sayapun belajar lagi dari seorang adik, bahwa "cinta" yang kau pilih tak selamanya indah. Kehidupan rumah tangga itu harus ada "bumbunya", dan bagaimana kita bisa mengelola dan membinanya, baru bisa di sebut sakinah.

Anak-anak yang dititipkan Allah sebagai amanah buat hambaNya, bukan hanya sekedar titipan, tapi Allah menitipkannya plus bonus 'rasa', rasa bahagia ketika kau memandangnya, rasa sehat karena anak2 menjadi obat untuk jiwa, rasa sedih ketika air mata mengaliri pipi mungilnya.

Untuk mu adik,
"Allah tidak akan memberikan ujian diluar kesanggupan hambaNya"
Diberdayakan oleh Blogger.